Pada waktu ini aku masih sama KUAT seperti pada waktu aku DISURUH MUSA; seperti KEKUATANKU PADA WAKTU ITU demikianlah KEKUATANKU SEKARANG untuk BERPERANG dan untuk KELUAR MASUK.
(YOSUA 14:11)
Tema Tahun ini adalah The Year of Emerging Leaders, dengan suatu harapan bahwa di tahun ini akan bangkit atau muncul pemimpin-pemimpin baru. Sekalipun bangkitnya pemimpin-pemimpin baru itu penting dan mendesak bukan berarti pemimpin yang dimunculkan secara asal-asalan, tetapi pemimpin-pemimpin yang berkualitas dan bernilai. Melalui kisah Yosua dan Kaleb, khususnya bagaimana Kaleb merebut Hebron (Yosua 14:6-15) kita akan belajar mengenai beberapa hal sehingga lahir pemimpin-pemimpin baru dalam kehidupan kita.
Seorang pemimpin harus berkualitas seperti Kaleb, yaitu konsisten sekalipun sudah berumur 85 tahun tetapi kekuatan dan semangatnya tidak pernah menurun. Dia juga seorang yang setia dan berintegritas. Konsisten adalah kunci untuk kita bisa menjadi seorang pemimpin karena seorang pemimpin harus mampu memberikan pengaruh dan dampak bagi orang-orang di sekelilingnya. Untuk bisa menjadi dampak ia harus dapat didekati (tidak eksklusif), dapat dipercaya serta menjadi teladan dalam karakter dan kompetensi.
Untuk memunculkan pemimpin yang baru, maka pemimpin yang lama harus mau:
MENJADI PRIBADI YANG SIAP DIKOREKSI
Bani Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. Pada waktu itu berkatalah Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, kepadanya: “ENGKAU TAHU FIRMAN YANG DIUCAPKAN TUHAN KEPADA MUSA, ABDI ALLAH ITU, TENTANG AKU DAN TENTANG ENGKAU di Kadesh-Barnea. (YOSUA 14:6)
Kaleb mengingatkan Yosua mengenai janji Tuhan yang disampaikan melalui Musa. 45 tahun telah berlalu, tetapi Yosua siap dikoreksi untuk hal ini sehingga ia mempercayakan Hebron kepada Kaleb. Siap dikoreksi artinya mau memindahkan apa yang tidak bisa dilakukan kepada orang lain yang lebih mampu. Seorang pemimpin yang takut terlihat buruk atau digantikan orang lain tidak akan pernah memunculkan/membangkitkan pemimpin yang baru. Sikap yang mau dikoreksi merupakan modal penting untuk membangkitkan pemimpin yang baru. Tidak mungkin seorang pemimpin memiliki hubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri dan dengan orang lain tanpa sikap yang mau dikoreksi. Hubungan yang kuat dengan Yesus Kristus Tuhan akan menghasilkan kepedulian terhadap orang lain dan memiliki misi untuk mengasihi dan membangkitkan pemimpin baru.
MENGANDALKAN TUHAN
Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, AKU TETAP MENGIKUTI TUHAN, ALLAHKU, DENGAN SEPENUH HATI. (YOSUA 14:8)
Kaleb memiliki keteguhan hati untuk tetap mengikuti Allah Israel dengan sepenuh hati. Artinya ia tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah kehidupannya dan senantiasa berharap kepada Tuhan sebagai sumber kekuatannya. Ketika kita meminta penyediaan Tuhan setiap hari, hal itu mengingatkan kita untuk terus mengandalkan Tuhan, bukan pada diri sendiri. Tidak ada yang lebih berkuasa dari kehidupan yang diserahkan ke tangan Tuhan dan mengandalkan Tuhan. Dan tidak ada kehidupan yang lebih besar dan tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari pada memiliki hubungan terus menerus dengan Tuhan dan mengandalkan Tuhan.
MENGAJAR ATAU BERBUAH ?
Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya TANAH YANG DIINJAK OLEH KAKIMU itu akan menjadi MILIK PUSAKAMU DAN ANAK-ANAKMU SAMPAI SELAMA-LAMANYA, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati. (YOSUA 14:9)
Ada warisan rohani berupa kualitas kehidupan yang diturunkan oleh Kaleb dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu sebagai seorang pemimpin kita harus bertanya pada diri sendiri apakah kita mengajar atau berbuah/mereproduksi? Mengajar artinya kita mengajarkan apa yang kita tahu kepada orang-orang, tetapi berbuah sebenarnya kita mereproduksi diri kita sendiri dan hanya kita yang dapat mereproduksi diri kita sendiri. Mengajar mengutamakan penguasaan ketrampilan dan pengetahuan, tetapi berbuah lebih mengutamakan pemuridan dan pembentukan karakter. Tuhan tidak pernah memanggil kita untuk menjadi orang yang sukses, tetapi Tuhan memanggil kita untuk menjadi pribadi yang berbuah. Berbuah bagi Tuhan dan berbuah bagi sesama. Sesulit apapun keadaan, kita harus berbuah. Ketika kita berbuah maka hidup kita dapat dinikmati oleh orang lain bahkan dari generasi ke generasi.
MENYATUKAN VISI DENGAN IMAN
Pada waktu ini aku masih sama KUAT seperti pada waktu aku DISURUH MUSA; seperti KEKUATANKU PADA WAKTU ITU demikianlah KEKUATANKU SEKARANG untuk BERPERANG dan untuk KELUAR MASUK. (YOSUA 14:11)
Kaleb memiliki kekonsistenan hidup baik dalam kesehatan maupun semangat karena ia memiliki visi dan iman yang disatukan. Visi yang disatukan dengan iman adalah kemampuan untuk mengalami hadirat Tuhan dan percaya kita ada di dalam Dia, untuk meraih kuasa Tuhan dan berfokus akan rencana Tuhan apapun tantangannya. Visi kita harus disatukan dengan iman kita, agar dapat memunculkan, membangkitkan dan melahirkan pemimpin baru serta melihat hal tersebut menjadi kenyataan. Suatu visi yang tidak diturunkan sampai generasi ke empat tidak akan langgeng. (RCH)