The Year of Preparation | Pdt. Eluzai Frengky Utana

Ada suara yang berseru, “Siapkanlah jalan di padang gurun bagi TUHAN. Luruskanlah jalan raya di padang belantara bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, gunung dan bukit diratakan. Tanah berbukit akan menjadi dataran, dan yang berlekak-lekuk dilicinkan. Maka keagungan TUHAN akan dinyatakan; seluruh umat manusia akan menyaksikannya. Sungguh, TUHAN sendiri telah menjanjikannya!” (Yesaya 40:3-5 BIS)

Dalam ayat tema ini, ‘padang gurun’ berbicara tentang sistem dunia, kedagingan, atau kuasa kegelapan. ‘Lembah’ berbicara tentang krisis kasih, krisis jati diri, krisis ekonomi, dan krisis lainnya. ‘Lembah-lembah harus ditutup’ dengan kebenaran nilai-nilai Kerajaan Allah melalui hidup kita. ‘Gunung dan bukit’ berbicara tentang sistem dunia yang penuh dengan kesombongan, kemunafikan. ‘Tanah berlekuk’ menggambarkan sesorang yang menyebut nama Tuhan, tetapi hidupnya tidak sesuai dengan perkataannya, misalnya berhutang tetapi tidak dibayar, membayar pajak dengan tidak jujur. Lembah dan bukit harus diubah menjadi dataran sebagai tempat landasan di mana Tuhan bertakhta. Semua proses ini harus dimulai dari diri sendiri dan hidup kita harus ‘menjadi nol’ agar hanya Tuhan saja yang memimpin di dalamnya. Izinkanlah Tuhan memproses kita, maka kita akan melihat keagungan dan semarak kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Tahun ini adalah tahun pertemuan antara dua titik, yaitu bertemunya kesiapan dengan kesempatan. Kesiapan adalah bagian kita. Kesempatan adalah ranahnya Tuhan. Kesiapan menyangkut fisik, jiwa dan spiritual kita. Sebagaimana perumpaan 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh, sebagai gambaran dari 5 orang yang siap dan konsisten dan 5 orang yang tidak siap.

Kehidupan yang berhasil tidaklah sama dengan kehidupan yang berbuah. Tanda seseorang berbuah adalah adanya generasi berikutnya yang meneruskan legacy-nya. Hiduplah sebagai teladan agar generasi di bawah kita menikmati buah dan mewarisi kehidupan yang siap saat kesempatan itu tiba.

HIDUP DALAM KESIAPAN, menyangkut 3 aspek:

  1. Kesiapan dalam Hubungan: Jangan Bersikap Apatis.

         “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yohanes 15:7 TB)

Sikap apatis adalah sikap yang menunjukkan kurangnya minat terhadap sesuatu. Janganlah apatis, tetapi jadilah antusias. Miliki rasa lapar dan haus.  Di saat pandemi ada orang yang ekonominya terpuruk, tetapi ada juga yang lepas landas. Jika hidup kita sudah selaras dengan Tuhan, maka apa saja yang kita kehendaki akan kita terima. Karena itu bersiaplah dalam hubungan kita dengan Tuhan, agar kita menerima apa yang kita kehendaki.

  1. Kesiapan dalam Berkarya: Jangan Mengandalkan Kekuatan atau Kehebatan Sendiri.

         “TUHAN berkata, “Apabila orang meninggalkan Aku, Tuhannya, dan berharap kepada manusia serta bersandar pada kekuatannya, maka Aku akan menghukum dia.” (Yeremia 17:5 BIS)

         “Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
(Filipi 4:13 AYT)

Jangan mengandalkan kekuatan dan kehebatan sendiri, tetapi berharaplah kepada Tuhan saja. Kita harus selalu melibatkan Tuhan dan melakukan segala sesuatu ‘melalui Dia’, baik itu saat kita di dalam gereja maupun di luar gereja. Kita singkat dalam akronim AMEN:

  1. A – Agree with God
  2. M – Move with God
  3. E – End with God
  4. N – Never doubt God.
  5. Kesiapan dalam Pelayanan: Jangan hanya Sebatas Formalitas.

“sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28 TB)

Kata ‘memberi nyawa’ dalam ayat di atas memiliki arti  selalu siap untuk mati bagi kedagingan kita. Ada perbedaan yang jelas antara pekerjaan dengan pelayanan. Pekerjaan dilakukan saat ada waktu. Pekerjaan berhenti saat tidak ada penghargaan dan ucapan terima kasih. Pekerjaan berhenti saat orang lain lebih maju. Namun pelayanan dilakukan meskipun tidak ada cukup waktu yang tersedia. Pelayanan terus berjalan meskipun tidak ada penghargaan dan ucapan terima kasih. Pelayanan tetap berjalan saat orang lain lebih maju. Karena itu janganlah melayani hanya sebatas formalitas saja.

Jika kita mempersiapkan diri di dalam ketiga aspek ini, maka kita adalah orang-orang yang bijaksana, yang akan siap di saat kesempatan datang, dan semua ini akan membawa keagungan dan semarak kemuliaan bagi Tuhan.  Amin. (VW)