TRUISME (KEBENARAN UMUM)

TRUISME (KEBENARAN UMUM) 

Bacaan Setahun: 
Kej. 22, Luk. 12:32-59, Mzm. 15

“Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.” (Lukas 4:32)

Warga Kerajaan yang terkasih, seringkali kita menjumpai tulisan dan mendengar pernyataan-pernyataan yang kebenarannya sudah jelas dan diterima secara umum tanpa perlu diperdebatkan lagi. Misalnya, ‘Kejujuran adalah kebijakan terbaik,’ atau ‘Tindakan berbicara lebih lantang daripada kata-kata.’ Kitab Amsal pastinya banyak berisi katakata hikmat yang bersifat ‘veritas,’ secara universal diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu didiskusikan lebih jauh, karena memang merupakan kebenaran atau aturan yang fundamental, ‘sine qua non’ –sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi. ‘Principium’ inilah yang barangkali membangun iman kepala rumah ibadat ketika mendengar Tuhan Yesus berkata, “Jangan takut, percaya saja!” (Markus 5:36).

Tersebutlah dalam suatu kisah tentang tiga saudari tiri yang sedang galau, dalam kemabukan mereka mulai saling berkeluh kesah tentang persoalan hidup yang mereka alami. Salah satu mempertanyakan mengapa orang-orang memperlakukannya tidak baik, padahal sang ayah senantiasa menasihatinya agar selalu bersikap sopan pada orang lain, dan dia sudah melakukannya; saudari yang lain mengeluhkan sang ayah menyuruhnya belajar dan bekerja keras, namun kenapa ia terus saja gagal. Nampaknya pernyataan ‘Bekerja keras,’ atau ‘Bersikap sopan,’ tidak membuahkan hasil atau berdampak baik; kenyataan yang mereka dapatkan berbeda dengan yang diharapkan. Adegan tersebut memang cuma fragmen dalam kisah drama rumah tangga di sebuah film, sedangkan Firman Tuhan tentu saja lebih dari sekadar ‘principium’ tersebut; tetapi mungkin beberapa orang pernah mengalaminya ketika mereka merasa sudah berusaha menjadi pelaku Firman bukan hanya pendengar saja (Yakobus 1:22); namun dampak, pengaruh atau pun perubahan yang dihasilkan masih jauh dari signifikan.

Persiapan apa lagi yang harus dilakukan agar perkataan kebenaran itu memiliki kuasa transformasi? Yang terutama, kita memerlukan iluminasi dan penyertaan Roh Kudus agar perkataan Firman benar-benar memiliki kuasa, ‘exousia,’ seperti perkataan Tuhan Yesus yang memiliki otoritas. Tanpa kuasa Roh Kudus, meskipun bahan kotbah sudah dipersiapkan dengan bantuan akal imitasi (AI) canggih dan disampaikan sesuai teori homiletika (ilmu berkotbah), ternyata masih belum memiliki kuasa yang mengubahkan diri dan menjadi berkat bagi orang lain; sebaliknya berpotensi menjadi sekadar paparan materi belaka. Yang kedua, perkataan Firman tentu akan lebih berdaya-hasil ketika kita sendiri menghidupi dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa perlu pengulangan yang melelahkan, sehingga memampukan kita mempersiapkan jalan raya bagi Allah (Yesaya 40:3) lewat berbenah diri menjadi lebih serupa Kristus ketika menyambut kedatangan-Nya. (YL)

Questions:
1. Mengapa pernyataan kebenaran tidak selalu efektif memberikan pengaruh dan perubahan pada diri seseorang?
2. Apa yang membuat orang-orang Kapernaum di Galilea begitu takjub mendengar pengajaran Tuhan Yesus?
Values:
Perkataan kebenaran yang disampaikan dengan kuasa Roh Kudus memberikan dampak dan perubahan signifikan

Kingdom’s Quotes:
Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan tetapi dari kuasa. (1 Korintus 4:20)