TUHAN DALAM AGAMA
Bacaan Setahun:
Ima. 1-4, 1 Yoh. 1
“Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.” (Kisah Rasul 17:24-25)
Saya teringat kisah tentang jin yang disimpan dalam sebuah botol kecil. Begitu tutup botol dibuka, jin ini akan keluar dan melepaskan kuasanya, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa apabila berada dalam botol. Hal ini berarti kekuasaannya dibatasi oleh botol tersebut. Berbeda dengan kuasa Tuhan, Tuhan tidak bisa dibatasi oleh dinding-dinding keagamaan. Apabila dikatakan bahwa Tuhan terlalu besar untuk masuk dalam satu agama tertentu, hal ini membuktikan bahwa agama membatasi ruang lingkup kebesaran Tuhan. Dengan demikian, kuasa Tuhan harus dibagi atau dipecah-pecah ke dalam agama-agama.
Firman Tuhan di dalam 1 Raja-Raja 8:27 berbunyi ”Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini”. Dalam Kitab Keluaran, kita bisa melihat bagaimana Tuhan memberikan beragam peraturan kepada bangsa Israel ketika mengembara di padang pasir selama 40 tahun. Peraturan-peraturan itu meliputi hal-hal yang harus dijauhkan dari manusia, yang harus dilakukan manusia, tata cara penyembahan, menjelaskan siapa sesungguhnya Tuhan, dan lain sebagainya. Peraturan-peraturan tersebut merupakan pilar dan fondasi dari kepercayaan sehingga terbentuklah agama. Agama tidak melahirkan Tuhan, tetapi Tuhanlah yang membuat peraturan-peraturan dan semua peraturan itu dibungkus dalam nama agama.
Seorang hamba Tuhan pernah bercerita bahwa ketika kecil ia heran mengapa daging ikan tidak terasa asin walaupun hidup di air laut. Rasa heran ini terjawab karena ikan hidup dalam kondisi air yang asin, tetapi garam dalam air itu tidak akan membuat ikan dan binatang laut menjadi asin. Demikian juga dengan orang Kristen. Jika kita hidup hanya di lingkungan agama, bukankah kita juga sama dengan orang-orang yang memeluk agama mereka. Harusnya kehadiran kita di tengah masyarakat yang beragam agamanya menjadikan diri kita terang dan garam. Kita harus membagikan terang dan garam, tetapi juga harus waspada jangan sampai terang kita padam dan garam menjadi tawar. Salah satu kesalahan yang dilakukan oleh orang Kristen adalah bersikap eksklusif, yaitu menjauhkan diri dari dunia luar dan membentuk komunitas sendiri dengan alasan tidak mau terkontaminasi dosa. Pertanyaan saya adalah bagaimana dunia dengan beragam agama ini bisa memperoleh keselamatan dari Tuhan apabila anak-anakNya justru menjauhkan diri dari orang yang belum diselamatkan? (AU)
Questions:
1. Apakah agama dapat membawa kepada keselamatan? Jelaskan!
2. Menurut Anda, mungkinkah Tuhan membuat suatu agama tertentu supaya Dia dikenal ciptaan-Nya?
Values:
Bergaulah dengan dunia ini, tetapi jangan serupa dengan mereka. Justru garami dan terangilah mereka!
Kingdom Quotes:
Beritakanlah keselamatan ke seluruh bangsa, karena untuk itulah kita dijadikan garam dan terang oleh Tuhan!