UJILAH SEGALA SESUATU

UJILAH SEGALA SESUATU 

Bacaan Setahun: 
Hak. 9-10, Gal. 3 

“Jika sekiranya kamu berkata dala hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? – apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya” (Ulangan 18:21-22)

Tidak semua nabi merupakan utusan Tuhan. Ayat pembuka renungan pagi hari ini dengan jelas menyatakan bahwa ada nabi yang menyampaikan nubuatan palsu, alias bukan nubuatan yang berasal dari Tuhan.

Bagaimana caranya membedakan nabi yang adalah utusan Tuhan dengan nabi palsu? Mengacu dari ayat di atas jelas dikatakan ciri nabi palsu: apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya. Sedangkan, ciri nabi yang benar utusan Tuhan adalah: dapat dipastikan bahwa apa yang ia sampaikan berasal dari Tuhan, dan pasti terjadi.

Kita harus memiliki kepekaan roh, supaya bisa membedakan mana yang berasal dari Tuhan dan mana yang bukan. Jangan terlalu mudah percaya dengan nubuatan-nubuatan atau sejenisnya sebelum kita mengujinya terlebih dahulu. Bila kita melihat fakta akhir-akhir ini, khususnya yang bermunculan di medsos, nabi-nabi palsu dengan terang-terangan menyatakan dirinya dengan segala nubuatan yang ia sampaikan. Bahkan, tidak sedikit juga ada pejabat-pejabat gereja yang bawa-bawa nama Tuhan untuk membuat orang yakin dengan nubuatan dan penglihatannya. Akhirnya, malah menjadi batu sandungan dan jadi pertanyaan orang-orang mengenai kebenarannya.

1 Tesalonika 5 : 21 katakan, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Tendensinya adalah lihat apakah yang disampaikannya sesuai dengan isi Firman Tuhan? Apakah yang disampaikannya membawa perubahan bagi orang yang mendengarkannya? Apakah pesan yang disampaikannya membuahkan pertobatan? Dan apakah pesan yang disampaikannya mendatangkan damai sejahtera bagi yang mendengarkannya? Pdt. Timotius Arifin pernah sampaikan, yang menjadi tolok ukur kita dalam menaruh respek kepada orang-orang yang diutus Tuhan untuk menyampaikan firmanNya adalah 3K:
1.Kekudusan hidupnya
2.Kasih persaudaraannya (tidak suka bertengkar)
3.Kesaksian hidupnya

Kita adalah para pekabar Injil. Mari sama-sama memiliki standar 3k ini. Di mana ada kemauan di situ pasti ada kemampuan yang berasal dari Roh Kudus. Pastikan apa yang kita kotbahkan kita hidupi, dan apa yang kita hidupi itulah yang kita kotbahkan! Ini sudah berbicara lebih kuat dari sekedar nubuatan yang disampaikan oleh para ‘nabi’. (LA)

Questions:
1. Bagaimana caranya membedakan nabi yang merupakan utusan Tuhan dengan nabi palsu?
2. Bagaimana seharusnya standar hidup para pekabar Injil?

Values:
Standar hidup Warga Kerajaan Allah adalah 3K : kekudusan hidup, kasih persaudaraan, dan kesaksian hidupnya.

Kingdom Quotes:
Testimony adalah “Kotbahkan apa yang Anda hidupi dan hidupi apa yang Anda kotbahkan”!