UKURAN CINTA

UKURAN CINTA 

Bacaan Setahun: 
Mzm. 117-118 ,2 Taw. 35-36 

“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; temboktembokmu tetap di ruang mata-Ku.” (Yesaya 49:15-16)

Berbicara besarnya cinta memang tidak ada ukurannya yang pasti, seorang gadis yang berkali-kali patah hati, berkata bahwa, semua mantannya selalu berkata: “Engkau satusatunya milikku aku sangat mencintaimu sehingga aku tak bisa hidup tanpa engkau.” Lalu ia berkata, tapi itu semua “rayuan gombal”, buktinya sekarang ketika mereka putus denganku mereka semua tetap hidup. Ternyata ukuran cinta seorang yang berpacaran seringkali hanya emosi sesaat, alias hanya sebatas “rayuan gombal”. Itu sebabnya cinta gadis remaja sering disebut ‘cinta monyet’.

Ada quote yang berbunyi: “Menikahi orang yang kau cintai itu biasa, tetapi tetap mencintai orang yang kau nikahi adalah luar biasa.” Quote ini menggambarkan ukuran cinta yang tak pernah pudar, walau sudah lama menikah. Kita juga pernah mendengar pepatah yang mengatakan, “Cinta anak sepanjang galah, Cinta ibu sepanjang masa.”

Pertanyaan terbesarnya, sebesar apakah cinta Tuhan kepada kita? Bisakah kita mengukur dan membandingkan cinta Tuhan kepada kita? Ayat bacaan hari ini menggambarkan bahwa cinta Tuhan kepada kita melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya. Persoalannya adalah seringkali kita meragukan bahwa Tuhan mencintai kita, apalagi kalau kita sudah melakukan kebenaran Firman Tuhan tetapi kita tetap mengalami hal yang tidak baik.

Manusia biasanya hanya bisa menilai ukuran cinta Tuhan bila mereka mengalami keadaan yang baik, kalau keadaannya secara fisik semakin baik, pekerjaan semakin lancar maka berarti Tuhan makin mengasihinya. Benarkah kadar cinta Tuhan itu berubah-ubah dan tergantung apa yang kita lakukan dan tergantung dengan apa yang kita alami? Tentu saja tidak, cinta Kasih Tuhan kepada kita tidak berubah, ia Maha Kasih dan Kasih-Nya abadi. Di dalam kitab Ibrani, justru Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya. “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” ( Ibrani 12: 6,10-11)

Inilah ukuran Cinta Tuhan yang hakiki, bukan hanya kata-kata, tapi juga DISIPILIN yang tidak nyaman, Ia lakukan agar melatih kita berbuat kebenaran dan beroleh bagian di dalam kekudusan-Nya. Anda mengerti? (DD)

Questions:
1. Apakah arti cinta yang sesungguhnya? Bagaimana kita mengukur dan merasakan kualitas sebuah cinta?
2. Di dalam rangka apa pendisiplinan Tuhan kepada kita? Apakah itu bukti Dia mencintai kita? Diskusikan !

Values:
Kasih Sang Raja selalu bertujuan memimpin warga Kerajaan kepada kedewasaan karakter yang semakin serupa dengan Kristus.

Kingdom’s Quotes:
Orang tua yang hanya memanjakan anaknya tanpa mendisiplin, bukan bentuk cinta sejati, tetapi kebodohan sejati.