Di Taman Getsemani Tuhan Yesus 3 kali berkata: “Kalau boleh cawan ini lalu dari pada-Ku”. Namun di ujung doa-Nya Ia berkata: “Biarlah bukan kehendak-Ku tapi kehendak-Mu yang terjadi”. Ini adalah bentuk penyerahan yang tanpa syarat. Kita tidak boleh menyerah kepada keadaan, krisis atau sakit-penyakit, namun kita harus menyerah kepada Sang Raja pemilik kehidupan kita. Karena itu kita harus menjaga hati dan sikap kita untuk benar di hadapan Tuhan.
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Amsal 4:23
Kata waspada dalam ayat di atas, dalam bahasa aslinya ‘Mishmar’ memiliki pengertian seperti seseorang menjaga narapidana supaya jangan kabur. Hati kita mudah kabur dari kebenaran, dari tuntunan Firman Tuhan, dari komitmen, dari janji nikah, karena itu harus dijaga dengan segala kewaspadaan.
Tanda-tanda dari seorang yang menyerah tanpa syarat kepada Tuhan:
MEMILIKI KETULUSAN HATI
Orang tua harus mengasihi anak dengan ketulusan, bukan dengan pikiran bahwa ia sedang berinvestasi. Jika mengasihi anak dengan ketulusan, maka bukan sekedar mengasihi atau menyayangi tapi juga mendidik anak tersebut untuk menjadi takut akan Tuhan. Demikian juga suami dan istri harus mengasihi dengan ketulusan, yaitu demi kebaikan pasangan. Kita harus mengizinkan Tuhan menguji hati kita apakah benar-benar tulus adanya.
Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. (Amsal 16:2)
Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu, supaya jangan aku mendapat malu. (Mazmur 119:80)
Jalan TUHAN adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat. (Amsal 10:29)
Utamakanlah Tuhan dengan hati yang tulus, maka sukacita, damai sejahtera dan segala berkat rohani dan jasmani akan dilimpahkan dalam hidup kita. Ucapan syukur yang tulus atas kebaikan Tuhan akan memampukan kita berbuat baik secara tulus kepada sesama. Janganlah mengharapkan ucapan terima kasih atau imbalan dari mereka yang pernah kita tolong, tapi berterima kasihlah kepada mereka yang pernah kita tolong karena telah membukakan kesempatan untuk kita berbuat baik.
MEMILIKI KERENDAHAN HATI
Ketika memasuki Yerusalem Tuhan Yesus tidak menggunakan kuda tunggangan untuk bertempur, tetapi menaiki keledai. Keledai adalah binatang yang bodoh, namun ketika menyerahkan dirinya untuk ditunggangi oleh Tuhan Yesus, maka iapun menikmati kemuliaan. Kitapun harus bersikap rendah hati dan menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan Yesus. Orang yang rendah hati mudah untuk menyangkal diri dan tidak menyombongkan pencapaian atau prestasinya.
Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.
(Amsal 11:2)
Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan.(Amsal 15:33)
Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah. (Mazmur 37:11)
Saat terjadi konflik, orang yang rendah hati tidak sulit untuk minta maaf ataupun memberi maaf. Saat meminta maaf bukan menjadikan orang lain benar, tapi membebaskan diri kita dari beban berat di hati yang menghambat berkat Tuhan. Orang yang rendah hati menyadari bahwa pikiran, kemampuan dan pengalamannya sangat terbatas, karena itu kita harus dengan rendah hati datang kepada Tuhan mengakui bahwa kita tidak mampu, maka sesulit apapun tantangan hidup kita, maka Tuhan Yesus akan memberikan jalan keluar terbaik bagi kita.
MEMILIKI KESUCIAN HATI
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (Matius 5:8)
Perempuan Samaria mengambil air di tengah hari, karena ia malu akan keberadaannya sebagai orang berdosa. Namun hidupnya diubahkan ketika ia mengizinkan perkataan Yesus yaitu air kehidupan mengalir dalam hidupnya. Jika kita biarkan Firman Tuhan mengalir dalam hidup kita, dan tidak membiarkan rasa sakit hati, kecewa, iri hati mencengkram hidup kita, maka akan digantikan dengan kasih Tuhan. Kasih Tuhan yang membuat hati kita mengalirkan air kehidupan, menyegarkan diri kita, juga orang-orang di sekitar kita, dimulai dari pemulihan keluarga kita.
Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
(Yakobus 3:14-16 )
Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. (1 Samuel.16:7b)
Jika hati kita suci, maka segala yang negatif yang diaminkan oleh dunia ini, di pikiran kita akan kita ubah menjadi hal positif. Ini yang akan membuat kita tetap memiliki damai sejahtera dan pengharapan di dalam Tuhan. Kesucian hati adalah hal yang tidak bisa ditawar. Saringlah hal-hal yang masuk di telinga, mata dan pikiran kita. Jangan biarkan kata-kata fitnah, negatif atau merendahkan, tinggal di hati kita, karena hal-hal tersebut akan membuat respon, perkataan, sikap hati kita negatif. Sebaliknya jaga hati kita tetap suci dan dipenuhi oleh Firman dan janji-janji Tuhan.
MEMILIKI KEMURAHAN HATI
Orang yang murah hati berbuat baik kepada kepada diri sendiri, artinya menguntungkan dirinya sendiri. Ketika tidak murah hati ia kejam dan merugikan diri sendiri. Orang yang murah hati mudah peduli dan tergerak oleh belas kasihan, seperti yang Yesus lakukan semasa pelayanan-Nya di bumi ini 2000 tahun yang lalu.
Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (Amsal 11:17)
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (1 Korintus 13:4-5)
MEMILIKI KEBESARAN HATI
Menjelang disalibkan Yesus berkata kepada Bapa agar mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Sebenarnya Yesus lebih dari mampu untuk menyelamatkan diri-Nya dari kayu salib, namun ia tidak meladeni tantangan iblis. Ia menyerahkan diri-Nya dengan cara yang paling hina dan sadis, semata-mata karena kasih-Nya kepada kita. Kebesaran hati yang dimiliki Yesus mendatangkan pengampunan bagi setiap orang percaya. Kita perlu meneladani kebesaran hati yang dimiliki oleh Tuhan Yesus.
Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” (Lukas 23:34-35)
Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu.(Yesaya 60:4-5 )
Jangan biarkan hati kita tercemar. Berserahlah tanpa syarat kepada Yesus dan menjaga hati tetap bersih, maka Tuhan sanggup memulihkan hidup kita dan kita akan keluar dari setiap tantangan sebagai lebih dari pemenang. Amin. (VW).