Victorious at End Times | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. (Lukas 21:34)

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita menjelang hari Tuhan yang semakin mendekat. Akhir jaman adalah saat-saat yang buas, menakutkan dan sulit bagi banyak orang. Apa yang kita alami selama dua tahun terakhir memang kesulitan demi kesulitan, tetapi kita memiliki Tuhan yang senantiasa menyertai kehidupan kita sesulit apapun. 

Tiga langkah dalam menghadapi peperangan di depan kita adalah kita harus mengenal siapa Allah kita (Know Your God), kita harus mengetahui kebenaran dan kebenaran itulah yang akan memerdekakan karena kebenaran itu adalah pribadi Kristus sendiri. Kita juga harus mengenal siapa diri kita (Know Yourself) dan siapa musuh kita (Know Your Enemy).  Media seringkali memanipulasi berita-berita yang ada sehingga kita menjadi takut dan gentar. Musuh-musuh kita adalah iblis, dunia dan hawa nafsu dalam diri kita. Banyak orang bisa mengalahkan iblis dan dunia tetapi terkadang sulit untuk mengalahkan hawa nafsunya. Dengan menjaga diri kita juga mengenali kekurangan dan kelemahan kita.

Suatu ketika Tuhan Yesus sedang mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Kita juga harus dapat mengenali perspektif Tuhan. Sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang kita sangat jauh berbeda. Tuhan menilai bukan dari seberapa besar yang kita kumpulkan melainkan berapa persen yang kita berikan. Dunia telah ditipu oleh hedonisme, dimana manusia lebih mencintai diri sendiri dan menjadi hamba uang serta lebih mencintai kenikmatan. Semua yang ada di dunia yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup tidak berasal dari Tuhan. Kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, kepada Allah atau kepada mamon. Memberi adalah cara agar kita dapat mengalahkan mamon.

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di situ — akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Berdasarkan tanda-tanda yang disampaikan Tuhan Yesus, maka saat kedatangan-Nya sudah sangat dekat. Tuhan Yesus juga memberikan tanda untuk diperhatikan, yaitu berupa kekacauan dan berbagai bencana di tengah bangsa-bangsa serta tanda-tanda di langit.

Sebagai warga Kerajaan Allah kita harus percaya bahwa kita tidak ditetapkan untuk ditimpa murka Tuhan. Memang hari-hari ini banyak sekali lagu-lagu pujian yang mengagungkan kebaikan dan kemurahan Tuhan, tetapi kita lupa bahwa Tuhan yang kita sembah juga api yang menghanguskan. Di dalam kitab Wahyu pasal 6 dituliskan penghukuman yang akan menimpa bumi karena ketidaktaatan kepada Tuhan. Diceritakan ada 4 penunggang kuda, yang pertama adalah penunggang kuda putih yang membawa busur tanpa anak panah gambaran penyesatan, mesias palsu dan anti Kristus. Yang kedua seekor kuda merah padam dan orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar. Yang ketiga seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya gambaran sebuah krisis ekonomi besar-besaran dan yang keempat seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi.

Dari beberapa hal di atas kita dapat simpulkan bahwa agar hidup kita senantiasa berkemenangan kita harus:

Mengenali Perspektif Tuhan (Know God’s Perspectives)

Mengenali Firman Tuhan (Know God’s Word)

Mengenali Janji-janji Tuhan (Know God’s Promises)

Mengenali Jalan-jalan Tuhan (Know God’s Ways )

Kita juga bisa belajar dari kehidupan Musa, Musa adalah seorang hamba Tuhan yang hidupnya berkemenangan. Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada pahala. Kita dapat menolak sistem dunia ini dan berpaut hanya kepada Tuhan. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. Karena iman maka ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka. Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga. Musa mampu mengenali Firman Tuhan yang disampaikan kepadanya. Musa mengenal janji-janji Tuhan dan senantiasa berjalan di dalam jalan-jalan Tuhan. Amin. (RCH)