WAKTU MENUAI JIWA BAGI TUHAN
Bacaan Setahun:
Yun. 3-4
Mrk. 5
Mzm. 145
“Tempalah mata bajakmu menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkasmu menjadi tombak; baiklah orang yang tidak berdaya berkata: “Aku ini pahlawan!” Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian; marilah, iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan, sebab banyak kejahatan mereka. (Yoel 3:10 & 13)
Kita pernah mendengar sebuah ungkapan yang berkata bahwa di balik mendung yang gelap selalu tersedia cahaya matahari. Atau sebuah ungkapan lain yang berkata setelah hujan yang deras selalu tersedia pelangi yang indah. Hal itu bermakna, bahwa apapun tantangan, kesulitan yang kita hadapi, itu tidak akan berlangsung selamanya, dan selalu akan kita songsong sebuah harapan, keberhasilan, dan kebahagiaan yang baru. Ungkapan ini memberi kita sebuah perspektif positif dalam menghadapi persoalan kehidupan. Tidak hanya secara rohani, dalam berbagai area kehidupan kita meyakini bahwa selalu ada harapan baru paska pandemi ini. Namun tentunya harapan-harapan positif ini tidak akan menjadi kenyataan dengan sendirinya, segalanya perlu respon yang benar untuk mempersiapkan diri guna meraih moment kebangkitan tersebut.
Firman Tuhan yang kita baca memberi kita gambaran bahwa Allah menyatakan rencanaNya untuk melawat manusia yang dibaratkan seperti sebuah periode tuaian. Hal ini juga yang dinyatakan Yesus dalam Lukas 10:2, “Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Firman Tuhan yang kita baca menunjukkan beberapa respon yang perlu dilakukan untuk meraih masa tuaian itu, yaitu pertama mengubah setiap mata bajak, pisau pemangkas yang secara konteks bermakna alat atau potensi untuk mencari nafkah diubah menjadi sebuah senjata, atau bermakna alat perjuangan untuk misi Allah ini. Hal ini berarti butuh sebuah perubahan orientasi kehidupan dari hidup untuk diri sendiri kepada hidup bermakna bagi orang lain. Yang berikutnya adalah membangun sikap mental positif berdasar kesadaran akan identitas sebagai ‘pahlawan’, artinya pribadi yang rela berjuang menjadi berkat bagi orang lain atau bagi sebuah kehidupan yang lebih baik bagi banyak orang.
Yang terakhir adalah melakukan tindakan penuaian tersebut yaitu mengayunkan sabit menuai tuaian yang sudah tersedia. Meskipun masih di era pandemi, seriuskah kita membangun kesiapan diri kita untuk menjadi alat-Nya melakukan penuaian? Berapa banyakkah investasi dan program misi direncanakan di gereja kita? Berapa banyak kita melatih orang untuk siap menjalankan misi Ilahi ini? Siapkah kita seperti Yesus yang rela menyelamatkan seorang yang dirasuk roh jahat meskipun harus “menebusnya” dengan banyaknya babi yang dijinkan terjun ke dalam jurang? Anda mengerti? (HA)
Questions:
1. Menurut Anda, kapan waktu yang tepat melakukan penuaian jiwa-jiwa?
2. Sudahkah Anda terlibat dalam misi penuaian jiwa-jiwa? Saksikan.
Values:
Gereja Tuhan harus memiliki misi untuk penuaian jiwa-jiwa yang terhilang, dan harus didukung semua elemen di dalam gereja.
Kingdom Quote:
Mari selamatkan jiwa yang terhilang berapapun harganya.