Walking In Reconciliation | Pdt. Eluzai Frengky Utana

Rekonsiliasi adalah proses pemulihan hubungan atau proses pemulihan kepercayaan. Dalam konteks rohani, rekonsiliasi adalah proses pemulihan hubungan antara kita dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Namun kita dipanggil bukan sekedar untuk mengalami pemulihan diri pribadi kita, tetapi juga menjadi orang yang dipercayakan untuk melakukan pelayanan rekonsiliasi, yaitu untuk menolong orang-orang lain yang sedang mengalami masalah dalam hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama.

SEBAGAI ORANG YANG DIPERCAYAKAN UNTUK MELAKUKAN PELAYANAN REKONSILIASI, HAL-HAL APA YANG HARUS TERUD  KITA LATIH?

MEMILIKI BUDAYA TAKUT AKAN TUHAN

Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu. Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah. (2 Korintus 15:11-12)

Dalam setiap aktivitas kita, misalnya saat kita duduk, berbaring, berdiri, berjalan, bekerja, kita harus memiliki kesadaran akan Tuhan, yaitu memiliki rasa takut akan Tuhan. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Di masa awal pertobatan kadangkala seseorang bisa menjadi terlalu bersemangat melakukan  pekerjaan Tuhan, sehingga melakukan hal-hal yang konfrontatif terhadap sesama, karena melakukannya tanpa hikmat Tuhan. Hal ini bisa merusak hubungan dengan sesama, namun dengan doa dan ketaataan kepada Firman, maka kondisi ini bisa dipulihkan.

MEMILIKI KOMITMEN UNTUK MEMATIKAN KEDAGINGAN

Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (2 Korintus 15:13-14)

Salah satu kecenderungan kedagingan manusia adalah bersikap egois, yaitu mementingkan dirinya sendiri. Jika kita ada dalam Kristus, maka setiap saat kita harus belajar mematikan kedagingan, agar Kristus menjadi nyata di dalam kita. Mematikan kedagingan artinya mematikan dorongan atau nafsu alamiah, dan sebaliknya hidup dipimpin oleh Roh, yaitu mentaati Firman Tuhan. Kadangkala Tuhan menguji kita dengan peristiwa yang tidak mengenakkan, misalnya jika ‘pipi kanan’ kita ditampar. Apakah kita memilih taat kepada dorongan Roh untuk mengampuni bahkan memberikan ‘pipi kiri’, atau sebaliknya justru membalas tamparan orang tersebut? Hal ini harus terus dilatih, dan terus belajar berkomitmen untuk taat hanya kepada Firman Tuhan.

 

MENILAI DENGAN CARA PANDANG TUHAN

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. (2 Korintus 5:15-16)

Kita harus belajar untuk melihat dengan cara pandang Tuhan. Sebaik-baiknya seseorang, pasti ada sisi buruknya, dan seburuk-buruknya seseorang pasti ada sisi baiknya. Karena itu berbaik sangkalah dengan semua orang, sekalipun tidak semua orang baik. Latihlah sikap untuk berbaik sangka kepada orang lain. Sasaran akhir kita bukanlah sekedar menjadi pengikut Kristus, tetapi menjadi murid Kristus. Murid Kristus akan memandang sesama manusia sebagaimana Kristus memandang mereka.

MENYATU DENGAN TUHAN

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (2 Korintus 5:17-18)

Apapun panggilan hidup kita, misalnya panggilan untuk bekerja, atau panggilan untuk membangun usaha, membuka lapangan pekerjaan, atau menjadi pemuji atau menjadi pengkhotbah, semuanya itu seharusnya untuk mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan. Tuhan harus menjadi yang utama dalam hidup kita. Jangan sampai kita mengasihi suatu aktivitas atau benda lebih daripada kita mengasihi Tuhan. Semua benda ataupun aktivitas satu saat nanti akan berhenti dan binasa, namun hanya Tuhan Yesus yang kekal selamanya.

MENYATAKAN BAHWA KITA ADALAH KEBENARAN TUHAN DALAM YESUS

Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2 Korintus 5:19-21)

Tujuan kita hidup adalah untuk memanifestasikan hidup kita sebagai kebenaran Tuhan dalam Yesus. Kita bisa saja memiliki segala harta di dunia, atau memiliki jabatan yang hebat dalam pekerjaan maupun dalam pelayanan, namun kita perlu sadar bahwa semua itu adalah karunia Tuhan. Kita harus ingat bahwa semua itu adalah sarana untuk menjangkau dunia bagi Tuhan. Kita dipanggil bukan sekedar untuk dipulihkan tapi juga untuk memulihkan orang lain. Dengan demikian merekapun bisa memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan dan sesama, dibenarkan dan memperoleh keselamatan dalam Yesus. Amin. (VW)