WARAS

WARAS 

Bacaan Setahun: 
Mzm. 132 
1 Raj. 2 
1 Yoh. 3 

“Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan” ( Mikha 7: 2-3)

Waras karena waktu kecil sakit- sakitan. Dalam bahasa Surabaya, arti “Waras” adalah sehat. Maka ketika bertemu teman lama tersebut saya menyapanya, “Yo opo kabare, waras tah?” Namun di Jawa Tengah, “waras” dapat diartikan “tidak gila.” Jadi “ora waras” artinya “gila.”

Kita juga sering mendengar nasihat jika ada dua orang bertikai, “yang waras mengalah”. Ternyata di dalam kamus bahasa Indonesia arti waras ada tiga: sehat jasmani, sehat mental (ingatan) dan sehat rohani. Jadi kalimat “yang waras mengalah,” bisa diartikan yang lebih sehat rohani atau yang tidak gila harusnya yang mengalah. Kita juga mendengar kalimat Bahasa Jawa, “zamane zaman edan, nek ra ngedan ra keduman.” Artinya, zaman sudah gila, kalau tidak ikut gila tidak kebagian. Apa maksud sebenarnya kalimat ini?

Maksudnya adalah zaman di mana hati nurani telah mati. Zaman orang pada sakit mental, di mana kebenaran diputarbalikkan tanpa rasa bersalah. Yang salah bisa jadi benar dan yang benar bisa jadi salah. Sehingga kita sering mendengar tidak ada keadilan, karena nurani yang mati tidak berpihak kepada yang benar tetapi kepada keuntungan sesaat, yaitu harta dan kekuasaan. Namun apakah benar hati nurani kita sudah benar-benar mati? Bukankah kebenaran tak bisa dibungkam? Di zaman kebebasan berpendapat dan didukung media sosial yang relatif tanpa sensor, kebenaran atau kesalahan susah disembunyikan. Kekuasaan “informasi” tak bisa lagi dimanipulasi.

Hari-hari ini kita semua sedang diuji, apakah hati nurani kita mati? Atau hati nurani kita masih jernih? Jika jernih maka kita tidak akan suka melegalkan segala cara demi mencapai tujuan. Siapapun Anda, apalagi sebagai figur publik, Anda sedang disoroti. Semua pencitraan tak akan mempan lagi. Semua bisa dengan transparan dinilai dan menilai. Hari-hari ini juga periksa diri Anda sendiri apakah Anda waras atau tidak waras? Kalau motivasi hati Anda ingin menyejahterakan orang lain Anda sedang menjaga kewarasan. Kalau menyejahterakan diri sendiri, sehingga penuh manipulasi, Anda sedang tidak waras. (DD)

Questions:
1. Apakah benar hari ini banyak orang yang tidak waras ?
2. Mengapa mereka disebut orang yang tidak waras?

Values:
Warga Kerajaan selalu sadar diri dan waspada menjaga hati nurani, untuk tidak ikut arus dunia yang telah ‘gila’.

Kingdom Quote:
Ketika seorang lupa diri , Ia tak akan sadar bahwa Ia telah kehilangan kewarasan, Karena nuraninya telah mati.