Bacaan Setahun:
Yudas 1
Yeh. 34
Mzm. 4
YANG DIREMEHKAN DAN TAK DIUNGGULKAN
“Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti Jelai dan dua ikan; tetapiapakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?”Yohanes 6:9
Sudah menjadi suatu kebiasaan umum bahwa penduduk dan warga Indonesia merayakan tanggal 10 November sebagai hari Pahlawan. Umumnya anggota militer, Kepolisian, Aparatur Sipil Negara dan anak-anak sekolah akan melakukan upacara bahkan disertai dengan penaburan bunga di taman makam pahlawan di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Rakyat umum pun diminta untuk berhenti di tempat masing-masing pada waktu yang bersamaan di seluruh Indonesia untuk mengheningkan cipta mengenang jasa-jasa para pahlawan yang sudah berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Perayaan hari Pahlawan berawal dari kisah pertempuran di tanggal 10 November 1945, ketika pimpinan pasukan Sekutu mengeluarkan ultimatum agar pejuang dan warga kota Surabaya menyerahkan diri selambat-lambatnya pada jam 06.00 WIB tanggal 10 November 1945. Pasukan Sekutu yakin dengan kekuatan pasukannya yang besar, berpengalaman dan bersenjatakan senjata modern, pasti akan mampu melibas perlawanan warga kota Surabaya yang kebanyakan hanyalah warga biasa, bukan pasukan terlatih, minim perbekalan dan hanya bersenjatakan bambu runcing. Meskipun demikian, para pejuang dan warga kota Surabaya sama sekali tidak mau menyerah, malah mereka menyatukan tekad untuk berperang habis-habisan melawan pasukan Sekutu.
Benar saja, di tanggal 10 November 1945 pasukan Sekutu akhirnya menyerbu kota Surabaya dengan kekuatan mereka yang sangat besar sehingga berhasil menewaskan belasan ribu pejuang dan warga kota Surabaya. Para pejuang dan warga kota Surabaya jelas telah diremehkan dan sama sekali tidak diunggulkan dalam pertempuran itu, namun dampak dari semangat mereka yang sangat luar biasa itu telah berhasil memicu lahirnya berbagai pergerakan perlawanan terhadap pasukan Sekutu dan NICA di seluruh Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan dari pertempuran inilah lahir semboyan perjuangan kemerdekaan Indonesia: “Merdeka atau mati!”
Keadaan yang hampr mirip dialami seorang anak kecil yang tergerak untuk memberikan bekal sederhananya, yaitu lima roti jelai dan dua ekor ikan, untuk diberikan kepada Tuhan Yesus yang ingin memberi makan 5.000 orang di tepi Danau Tiberias. Nama si anak itupun tidak disebutkan karena anak-anak belum dianggap cakap hukum oleh orang Israel, sehingga jelas ia diremehkan dan sama sekali tidak diunggulkan. Namun anak itu memiliki ketulusan dan keinginan yang besar untuk dapat menjadi berkat bagi Tuhan Yesus. Persis seperti warga kota Surabaya, yang dalam segala keterbatasan mereka rela berjuang habis-habisan demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kisah di atas mengingatkan kita bahwa orang lain mungkin dapat meremehkan siapa diri Anda dan apa yang ada di tangan Anda saat ini. Namun bagi Tuhan, meskipun Anda hanya seorang anak kecil dengan lima roti jelai dan dua ekor ikan, namun ketika Anda menyerahkan sepenuhnya untuk Tuhan dengan tulus hati, maka la akan membuat hal-hal yang diremehkan dan tidak diunggulkan menjadi mujizat yang berdampak sangat besar dan memberkati orang banyak. Anda percaya? (YMH)
Questions:
1. Mengapa warga kota Surabaya dan si anak kecil (Yohanes 6:9) sama-sama diremehkan dan tak diunggulkan?
2. Apakah yang membuat warga kota Surabaya dan si anak kecil akhirnya dikenang oleh orang banyak?
Values:
Tuhan memakai yang dianggap bodoh dan tidak berarti bagi dunia untuk mempermalukan orang-orang bijak dan agung.
“If You can use anything, Lord, You can use me.” Dr. Ron Kenoly