YERUSALEM, YERUSALEM

Bacaan Setahun:
1 Taw. 17-18
Luk. 17

“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”Matius 23:37

Yerusalem adalah ibu kota Israel kuno, salah satu kota kuno yang tetap eksis sampai saat ini. Kota tempat terbunuhnya para nabi. Namun paradoksnya Yerusalem disebut kota suci. Arti Yerusalem adalah damai, Yerusalem kota damai yang tak pernah damai. Dari jaman raja Daud, jaman Herodes, sampai saat ini.
Drama tragedi kolosal pernah terjadi di sini, yaitu darah Kristus Sang Mesias tercurah di sini, Ia di salib atas desakan para Imam Yahudi. Karena tak dijumpai kesalahan setimpal dengan hukum mati, maka Pilatus sang gubernur jenderal, berusaha menukarkan hukumannya dengan penjahat terbejat Barabas, usaha ini tak berhasil. Pilatus cuci tangan, “hutang darahnya bukan tanggunganku” katanya. Tetapi para Imam dan seluruh rakyat Yerusalem berteriak “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Matius 27:25)
Yerusalem sebenarnya bukan hanya sebuah kota, ia prototype dunia, secara rohani ia adalah gambaran perjalanan sejarah kehidupan manusia sepanjang masa. Manusia yang terus salah mengerti akan kebaikan Allah, manusia yang terus bertindak sesuai kecondongan hatinya yang berdosa. Sejarah mencatat manusia tak pernah belajar sejarah, maksudnya kesalahan yang sama terus dilakukan secara berulang. Peperangan demi kekuasaan terus berulang, bentuk perang boleh berbeda sesuai situasi dan jaman tetapi esensinya sama. Perhatikan Yesus Sang Mesias berkata “Yerusalem, Yerusalem, berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” Teriakan belas kasihan bercampur keputusasaan. Walau secara fakta sejarah Yesus hanya datang sekali di Yerusalem. Namun diwakili pesan para nabi Israel, teriakannya telah dilakukan ber kali-kali.
Di manakah peran Anda dalam drama tragedi kolosal ini? Tak ada figuran, kalau Anda renungkan, setiap Anda pasti punya peran utama dalam “drama kolosal ini“, sesuai kecenderungan hati Anda. Apakah sebagai mayoritas kaum pemegang kekuasaan Agama pembela Allah yang merasa yakin paling benar dan berteriak, “biarlah darahnya di tanggungkan atas kami“. Atau sebagai Pilatus sang gubernur jenderal, pengambil keuntungan dan penentu kebijakan, tetapi cuci tangan? Kalau boleh memilih, saya bertekad ingin berperan menjadi penyampai “suara kenabian“ Sang Mesias, seperti induk ayam yang pasti tak populer, namun siap berkorban demi kedamaian kota Yerusalem. Demi kedamaian dunia, demi kedamaian umat manusia. Bagaimana dengan Anda? (DD)

Questions :
1. Benarkah secara rohani, Yerusalem adalah gambaran sejarah umat manusia? Jelaskan!
2. Menurut Anda di manakah peran Anda dalam ‘drama kolosal’ ini?

Values :
Bagi warga kerajaan, suara Sang Mesias bukanlah suara asing tetapi seperti suara induk ayam yang pasti dimengerti oleh anak-anaknya.

Sejarah mencatat, manusia tak pernah belajar sejarah, kesalahan yang sama terus di ulang.