YESUS: THE RADICAL INFLUENCER
Bacaan Setahun:
Kis. 19:1-20
Hak. 10:1-11:33
Ayub 39
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.” (Matius 16:24).
Di era digital, istilah influencer sangat populer. Seorang influencer memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola pikir, gaya hidup, bahkan keputusan para pengikutnya. Namun, jauh sebelum media sosial ada, Yesus Kristus telah menjadi influencer sejati. Ia bukan sekadar influencer biasa, tetapi Radical Influencer yang ajaran dan tindakan-Nya melampaui batas budaya dan logika manusia.
Perkataan Yesus sering kali terdengar tidak masuk akal bagi dunia. Bayangkan jika ajaran-Nya diunggah ke media sosial saat ini, pasti menuai kontroversi. Yesus berkata, “Berbahagialah kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Lukas 6:20). Dunia melihat kekayaan sebagai ukuran kebahagiaan, tetapi Yesus justru berkata sebaliknya. Ia juga memperingatkan, “Celakalah kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.” (Lukas 6:24).
Lebih jauh lagi, Yesus mengajarkan kasih yang radikal: “Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Jika seseorang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu.” (Matius 5:39). Bagi banyak orang, ini sulit diterima karena dunia mengajarkan balas dendam sebagai keadilan. Namun, Yesus justru menawarkan jalan kasih, pengampunan, dan berserah kepada kehendak Allah.
Bukan hanya perkataan-Nya yang radikal, tindakan-Nya pun luar biasa. Yesus melanggar banyak norma sosial pada zaman-Nya. Ia bergaul dengan pemungut cukai, orang berdosa, bahkan menyentuh orang kusta. Ia berbicara dengan perempuan Samaria, hal yang tabu dalam budaya Yahudi. Bahkan, Ia tidak segan menolong orang di hari Sabat. Semua itu menunjukkan kasih Allah yang melampaui batasan manusia.
Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.” Mengikut Yesus berarti hidup berpusat pada kehendak Allah, berani mengasihi di tengah kebencian, mengampuni di tengah tuntutan balas, dan memberi saat dunia mencari keuntungan.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil menjadi Radical Influencer, bukan dengan popularitas, tetapi dengan hidup yang mencerminkan Kristus. Seperti Paulus berkata, “Hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20). Jika kita benar-benar mengikut Yesus, hidup kita harus menjadi pesan yang nyata bagi dunia, menunjukkan kasih, kebenaran, dan kuasa Allah yang hidup. (DD)
Questions:
1. Dari ajaran Yesus yang dianggap radikal mana yang paling sulit Anda terima? Mengapa?
2. Bisakah Anda menjadi Radical Influencer seperti Kristus di lingkungan sekitar Anda? Bagaimana caranya?
Values:
Setiap warga Kerajaan dengan rela akan belajar kepada Sang Raja bagaimana hidupnya tidak lagi mencintai dunia.
Kingdom Quotes:
Menjadi seorang radikal influencer tidak harus popular tetapi harus menjadi seorang yang dapat memberikan inspirasi yang bernilai kekal.